23 Januari 2009
Panduan Sederhana Bagi Penulis Pemula
SETIAP tempat kerja adalah juga sebuah tempat belajar. Dimana saja. Di ruang-ruang kantor media pers, belajar adalah bagian dari tugas sehari-hari. Jika saya katakan belajar adalah bagian dari tugas, agaknya itu lumrah bagi seorang jurnalis. Media pers, adalah semacam pipa saluran: Informasi mengalir dari masuk lewat pita rekaman wawancara, fotografi, hasil reportase dari lapangan, hsil riset perpustakaan, data dan cerita dari pusat berita di dalam atau luar negeri.
Setiap kali anggota-anggota redaksi harus menulis laporan atau cerita untuk pembaca, setiap kali mereka harus mengurai dan memberi bentuk pada informasi yang berseliweran itu. Mau tidak mau, proses belajar berlangsung di sini. Dengan intensif.
Tulisan ini ditujukan bagi Anda, penulis pemula atau penulis orang biasa. Memang ia tidak dimaksudkan untuk mengajari Anda hingga tuntas dan menjadi penulis yang diidolakan di mana-mana. Ini sekedar menjadi panduan awal untuk “memecah” kebuntuan saat Anda para pemula mulai duduk dan menuliskan sesuatu.
Ketika Anda siap untuk menuangkan tulisan, ingatlah satu hal: tulisan tidak perlu panjang-panjang belasan paragraf. Dua atau tiga alinea sudah cukup. Pembaca justru lebih senang membaca berita yang singkat-singkat. Yang paling penting adalah mereka mendapat informasi dari bacaannya. Untuk itu, berilah pembaca informasi tentang apa yang ada di pikiran Anda. Umumnya, informasi yang diinginkan seseorang terdiri dari enam unsur, yang disingkat dengan formula 5W+1H. Bila Anda sudah bisa menjawab pertanyaan seputar 5W+1H, maka sukseslah Anda sebagai penulis, setidaknya penulis berita.
Pertama, pertanyaan what atau apa? Peristiwa atau masalah apa yang akan Anda sampaikan ke Pembaca. Sampaikan saja seperti seorang menceritakan kejadian yang dilihatnya. Mungkin dalam 2 atau 3 kalimat sudah cukup.
Kedua, pertanyaan where atau dimana? Dimana peristiwa itu terjadi. Dalam menceritakan tempat kejadian, pasti akan panjang apabila Anda secara detil menunjukkan tempatnya. Semisal di jalan apa, nomor berapa, keadaan tempat itu sepi atau ramai, apa objek yang bisa dijadikan penanda tentang tempat itu, misalnya dekat kantor polisi, gedung tua, atau apa saja yang masyarakat banyak tahu.
Ketiga, pertanyaan who atau siapa? Cerita kita tentu akan bersangkut-paut dengan benda, terutama orang, tapi tidak harus. Binatang yang jadi objek berita Anda juga tergolong dalam kriteria siapa. Demikian juga dengan tanaman, atau mungkin objek benda mati, seperti saat menceritakan istana kerajaan, kebun apel, dan lain-lain. Tetapi, walau yang menjadi objek itu adalah binatang, tumbuhan, dan benda mati, pada akhirnya kita juga perlu menginformasikan siapa orang-orang yang terkait dengan objek cerita Anda.
Keempat, pertanyaan when atau kapan? Lebih detil menceritakan waktu kejadian perkara, tentunya akan lebih baik. Dan lagi akan lebih memperpanjang kalimat-kalimat Anda. Jadi, keakuratan pengingatan “jam tayang” kejadian akan amat membantu Anda dalam menuliskan beritanya. Mungkin akan lebih membantu juga, bila waktu kejadian itu dihubungkan dengan waktu kejadian perkara yang lain. Semisal, kejadian hari ini Anda hubungkan dengan kejadian serupa minggu lalu.
Kelima, pertanyaan why atau mengapa? Pada bagian ini reporter diminta menjelaskan mengapa kejadian itu bisa terjadi. Indikator atau faktor-faktor penyebabnya apa saja.
Keenam, pertanyaan how atau bagaimana? Menceritakan suatu kejadian yang dialami sendiri akan lebih mudah daripada menuliskan kejadian yang dialami oleh orang lain. Untuk itu, biasanya perlu bertanya pada orang yang menjadi objek cerita. Di sinilah peran reporter mewawancarai sumber berita dibutuhkan. Jika tidak perlu wawancara, uraikan saja proses kejadian itu yang Anda ketahui.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar