29 Juni 2010

UFO Muncul di Kendari



Warga Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, digegerkan fenomena kehadiran UFO atau Unindentified Fliying Object. gambar kehadiran pesawat berbentuk piring terbang itu secara tak sengaja diambil tiga orang siswa SMP. Sejumlah warga bahkan mengaku sempat menyaksikan kehadiran pesawat itu secara sepintas.

Tiga orang siswa SMP Negeri 9 Kendari yakni Wahlidar Adiputra, Arkam Putra Riawan dan Muhammad Harun, sama sekali tak menduga, keisengannya menggunakan kamera ponsel membuat geger masyarakat dan dunia ilmu pengetahuan.

Berawal dari ketertarikan ketiga siswa tersebut saat melihat matahari yang tiba-tiba dikelilingi bulatan-bulatan kecil bercahaya . Salah seorang siswa yakni Wahlidar Adiputra kemudian menggunakan kamera ponselnya untuk mengabadikan fenomena alam tersebut.

Tak disangka, saat sedang merekam tiba-tiba muncul bayangan hitam persis di tengah-tengah matahari. Saat mencoba memperbesar gambar menggunakan fasilitas zooming, bayangan hitam tersebut berbentuk mirip seperti pesawat UFO.

Dalam gambar yang direkam oleh ketiga siswa tersebut, titik hitam yang berada di tengah-tengah matahari itu nampak mengeluarkan cahaya berwarna-warni yang terus mengelilinginya. Saat diperbesar terlihat jelas titik hitam tersebut berbentuk seperti piring terbang atau yang dikenal sebagai pesawat UFO.

Kehadiran fenomena UFO tersebut, menjadi bahan pembicaraan masyarakat di Kota Kendari dan sekitarnya. Meski demikian, hingga kini belum ada penjelasan resmi dari pihak berwenang terkait fenomena tersebut. IZA

Belasan Warga Keracunan Kerang Laut



Mau untung malah bunting. Pepatah itu agaknya tepat ditujukan pada belasan warga Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, yang mengalami keracunan setelah mengkonsumsi makanan sejenis kerang laut. Lantaran tergiur dengan harga murah, mereka nekat membeli sejenis kerang dari seorang pedagang di pasar Wameo Baubau. Namun hanya sejam setelah mengkonsumsi kerang tersebut, belasan warga ini malah mengalami gejala seperti keracunan. Selain muntah-muntah, mereka juga mengalami kram di bagian kaki, tangan dan wajahnya.

Belasan warga ini kini dirawat di Puskesmas Wajo, Kota Baubau. Sebagian besar para korban keracunan ini masih berusia anak-anak. Tak heran, suasana panik makin terasa di wajah orang tua pasien lantaran melihat anaknya menangis sambil terus meringis kesakitan.

Dari informasi yang diperoleh, jumlah korban keracunan sebanyak 19 orang. Delapan diantaranya adalah orang dewasa.

Pihak Puskesmas setempat menyatakan belum bisa memastikan penyebab belasan pasien tersebut mengalami gejala seperti orang keracunan, sebab hal tersebut harus diperiksa terlebih dahulu di laboratorium.

Pihak kepolisian sendiri saat ini tengah menyelidiki kasus tersebut. Saat ini, polisi sedang memeriksa sampel muntah para pasien tersebut. IZA

01 Juni 2010

Ketakutan


By Line --- Soe Tjen Marching, PhD dari Monash University, Australia dan Pendiri Majalah dan LSM non-profit Bhineka ----


"AKU lahir bersama ketakutan," tulis Thomas Hobbes. "Ketakutan adalah saudara kembarku." Saat itu 5 April 1588, armada Spanyol yang perkasa telah dikirim untuk menghantam Inggris. Ibu Hobbes yang mendengar berita ini begitu ketakutan dan hal inilah yang membuatnya melahirkan bayi Thomas secara prematur.

Mungkin bukan kebetulan, bayi inilah yang kemudian memprakarsai Leviathan, mahluk berkuasa yang mengontrol keliaran dan kebrutalan masyarakat. Karena menurut Hobbes, ketakutan akan menciptakan perdamaian dan keteraturan.

Beratus, bahkan mungkin beribu filsuf lain, telah mengritik teori ini. Ketakutan yang disebut Hobbes sebagai kembarannya bukanlah ketakutan yang sama dengan yang diwujudkan dalam Leviathan. Dan lebih-lebih lagi, masyarakat itu begitu kompleks dan bisa punya reaksi amat berbeda. Namun, bukan berarti Hobbes tidak ada benarnya. Ketakutan memang dapat menjadi pemicu tindakan dan keputusan yang amat menentukan.

Tidak pula keliru, jika ketakutan terkadang bisa melindungi - ketakutan akan virus HIV/AIDS telah menyebabkan penelitian dan penemuan-penemuan yang luar biasa tentang virus ini. Ketakutan dengan kadar tertentu dapat memicu rasa ingin tahu. Sehingga ketakutan tersebut dianalisa dan diselidiki sehingga sebisa mungkin membawa kepada pokok permasalahannya. Dan inilah yang bisa menjadi pencegahan efektif.

Tapi, tidak semua orang bisa mengatasi ketakutan mereka dengan cara ini. Ketakutan, bagi mereka ini tidak mengatasi tapi memperbesar masalah. Ketakutan yang mereka punyai tidak dianalisa, namun malah dipompa, dikembangkan, dan diperbesar.

Dalam kampanye dan pemilhan umum (pemilu), seringkali rakyat memilih pemimpin bukan karena kemampuan sang pemimpin tersebut, tapi lebih karena ketakutan apa yang akan terjadi pada nasib mereka bila ia tak terpilih. Karena itu pula, kebanyakan calon pemimpin mempermainkan ketakutan rakyat, mengingatkan dan bahkan menciptakannya untuk kemudian menawarkan obat penawarnya.

Sebagai pemicu adrenalin, ia dinikmati bersama-sama. Disantap dalam gosip: Lihatlah tetangga kita, yang tidak serupa, yang mencurigakan, yang dapat membahayakan, yang sepatutnya dihukum. Ketakutan yang berkembang dan kemudian dapat dimanipulasi dan dijadikan alasan untuk menindas pada akhirnya. Ketakutan warga Jerman akan dominasi orang Yahudi membuat Hitler dan Nazi merekayasanya menjadi kekejaman tersendiri. Dan kemudian, identitas mereka akhirnya tergantung kepada ketakutan itu. Apa jadinya Nazi tanpa Yahudi?

Bukankah ini yang terjadi dalam Orde Baru? Ketakutan atas komunis yang membabi buta telah mematikan rasa keinginan tahu. Sehingga rakyat seringkali tidak tahu menahu apa arti komunis itu sendiri, tapi serta merta mengkerut dan menghujat tanpa tahu apa yang sebenarnya dihujat.

Tanpa sadar mereka yang dilanda ketakutan ini telah menjadi kaki tangan penguasa. Ketakutan dengan kadar yang tinggi tanpa disertai kekritisan dapat menjadi propaganda politik yang efisien dan murah. Dan ketakutan inilah yang seringkali dipelihara oleh penguasa, untuk dijadikan kenikmatan bersama sehingga tanpa ketakutan itu akan ada kehilangan yang luar biasa. Dan bukan, bukan penyebab masalah itu yang kemudian dianalisa atau dicari, tapi bagaimana memelihara ketakutan tersebut dan memuaskannya dengan mencari mangsa yang empuk. Pada jaman puritan di Eropa, berapa kisah dan dongeng tentang nenek sihir yang dinikmati dan dikunyah oleh beribu orang, dengan korban perempuan-perempuan yang tak bersalah? Namun, hukuman dan penderitaan bagi para perempuan itu adalah kenikmatan, pertunjukan gratisan yang selalu dipenuhi oleh rakyat.

Untungnya, tidak seluruh masyarakat bisa dimanipulasi sedemikian rupa. Kekerasan dan teror yang ditebarkan oleh Front Pembela Islam (FPI) dan Forum Umat Islam (FUI) ternyata tidak sampai membuat mayoritas masyarakat termakan oleh preman yang mengatasnamakan agama tersebut. Mayoritas masyarakat justru mengecam mereka-mereka ini. Tapi tidak berarti ketakutan yang tidak masuk akal itu hilang. Justru masyarakat yang telah sadar akan kebejatan FPI ini, masih saja memilih untuk bungkam dan bersembunyi dalam ketakutan. Tanpa sadar, mereka telah menjadi agen FPI itu sendiri, karena telah ikut menggagalkan dan menyurutkan semangat para manusia yang mencoba melawan kelompok peneror ini.

Namun, para pahlawan Kemerdekaan Indonesia bukannya tidak mendapat tantangan dari masyarakatnya. Soekarno muda sendiri harus menghadapi perlawanan, tidak saja dari pihak penjajah, tapi justru dari rakyat yang dibelanya. Berapa lamanya para calon proklamator Indonesia harus mengadakan pertemuan rahasia, dalam ruang tamu kecil, tidak saja untuk melindungi diri dari intaian penjajah namun juga dari rakyat yang ketakutan. Rakyat yang tidak bersedia melawan penjajah karena ketakutan itu, siap untuk menghambat perjuangan bahkan mengkhianati mereka. Rakyat yang kemudian turut menikmati Kemerdekaan.

Ketakutan yang tidak dibendung kadarnya, yang dibiarkan merajalela, akan menjadi salah sasaran. Ia tidak lain dan tidak bukan hanyalah imajinasi. Penyebab dan penangkalnya sudah tak lagi terpikirkan. Ia memang tidak terlihat menggelikan tapi jauh lebih berbahaya daripada keputusan seorang anak yang menggantungkan bawang putih di depan rumah dengan alasan: “Untuk mengusir drakula”. (indoprogres.blogspot.com)