06 Mei 2010

Bila Burung Si Buyung Harus Dibuntung

By Line: dedy kurniawan ----


“Bukan karena kerjaan brutal…
Ujungnya daging harus dipenggal….
Heeeiiiii….Sunatan Massal…aha…aha…”


Potongan lagu milik Virgiawan Listanto alias Iwan Fals ini begitu terngiang-ngiang saat kita menapaki halaman Gedung Serba Guna Kelurahan Kasipute, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Bombana, akhir Februari lalu.

Suasana ramai sudah terlihat dari luar gedung. Puluhan anak berumur antara 10 hingga 12 tahun terlihat duduk di teras gedung ditemani orang tuanya masing-masing.

Gelisah dan cemas terlihat jelas di wajah bocah-bocah yang mengenakan kain sarung ini. Beberapa diantaranya bahkan memeluk lengan ibunya sambil memperlihatkan wajah yang hampir menangis. Ada apa gerangan ???

Yup, puluhan bocah ini ternyata peserta acara sunatan massal dan sedang menunggu giliran untuk “dipenggal”.

Di dalam gedung, kesibukan sangat jelas terlihat. Sejumlah dokter dan para medis mondar-mandir dari satu ranjang ke ranjang lainnya. Sesekali terdengar jeritan kecil dari para bocah yang burungnya sedang dibuntungi.

Acara sunatan massal tersebut merupakan rangkaian kegiatan bakti sosial Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Bombana dan PT Panca Logam Makmur. Selain sunatan massal, dalam kegiatan bakti sosial itu juga digelar pemeriksaan kesehatan umum dan pengobatan gigi. Seluruh kegiatan itu dilakukan tanpa dipungut biaya alias gratis.

Ketua Panitia Kegiatan, dr Febrianto Powatu mengatakan, bhakti sosial tersebut merupakan salah satu bentuk sumbangan IDI Kabupaten Bombana dan PT Panca Logam Makmur kepada masyarakat yang bermukim di daerah itu.

“Memang kami yang punya ide tapi kalau tidak dibantu PT Panca Logam Makmur selaku sponsor tunggal mungkin hajatan ini sulit terlaksana,” katanya.

Kegiatan bakti sosial itu sendiri mendapat respon luar biasa dari masyarakat. Untuk kegiatan sunatan massal misalnya. Dari target 55 anak yang akan disunat, menjelang acara berlangsung jumlahnya membludak menjadi 82 orang.

Peserta sunatan massal itu sendiri dikhususkan bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu khususnya yang berada di Kecamatan Rumbia dan Kecamatan Rumbia Tengah. Namun dari total 82 orang itu, 15 anak diantaranya adalah warga Desa Umbubangka yang berada di sekitar pusat operasi PT Panca Logam Makmur.

Dalam kegiatan bakti sosial itu, pihak IDI Bombana menerjunkan 33 dokter dibantu 15 orang paramedis. Mengenakan baju seragam hijau kuning bertuliskan Panca Logam Makmur, para dokter nampak cekatan melayani para pasien.

Irmawati, ibu rumah tangga yang anaknya ikut menjadi peserta sunatan massal mengaku senang dengan adanya kegiatan bakti sosial tersebut. Selain tak mengeluarkan biaya, ia dan anaknya juga mendapat pelayanan kesehatan yang cukup baik dari tim dokter.

Manager Humas dan Corporate Social Responsibility (CSR) PT Panca Logam Makmur, Maman Resman, mengatakan, bakti sosial tersebut merupakan salah satu program sosial dan kesehatan masyarakat yang digagas perusahaannya.

Lelaki asal Bumi Pasundan ini menuturkan, program CSR PT. Panca Logam Makmur ada tiga. Pertama, pengembangan infrastruktur yang selama ini sudah berjalan, Kedua, Community Development (Comdev) dan ketiga, penyelamatan lingkungan. Bakti sosial bidang kesehatan yang digelar tersebut merupakan kegiatan dalam program Comdev.

“Kegiatan ini merupakan wujud tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat,: kata Maman.

Menurut Maman, khusus bidang kesehatan, ada sejumlah kegiatan lainnya yang akan dilaksanakan pihaknya. Dalam waktu dekat, akan diluncurkan sebuah program pelayanan kesehatan gratis di sejumlah Puskesmas. Kegiatan ini mirip program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) pemerintah pusat dan diperuntukkan bagi warga miskin.

Semua kegiatan tersebut, kata Maman, dilakukan untuk menciptakan sinergi antara IDI sebagai mitra pemerintah dalam membangun sektor kesehatan di Bombana dan PT Panca Logam Makmur sebagai perusahaan yang memiliki visi-misi yang sama dalam rangka menciptakan masyarakat yang sehat.

Yang jelas, adanya berbagai program tersebut akan semakin menumbuhkan kepercayaan masyarakat bahwa kehadiran PT Panca Logam Makmur di daerah itu memberi manfaat bagi mereka. Paling tidak, burung Si Buyung bisa dibuntungi tanpa perlu membayar sepeser pun.

“Heeeiiii, Sunatan massal, aha…aha…Ditonton orang…berjubal-jubal…Ada yang terjepit sepatu dan sandal…”.

Omfalokel, Penyakit Bawaan atau Keturunan


Kisah Suci, bayi berusia 15 bulan yang sejak lahir di perutnya terdapat benjolan yang kian hari makin membesar, sungguh memilukan. Apalagi ditambah dengan cerita soal ketidakmampuan ekonomi kedua orang tuanya untuk membiayai pengobatan Suci.

Tak jelas sebenarnya apa nama atau penyebab penyakit yang dialami bocah perempuan yang sedang lucu-lucunya itu. Banyak cerita sumir terkait hal tersebut. Ada yang mengatakan, derita yang dialami Suci adalah penyakit keturunan. Namun hal itu terbantahkan. Sebab,mulai orang tua hingga kakek nenek Suci tak satu pun yang pernah mengalami hal yang sama.

Ada juga cerita yang sulit diterima akal sehat yang menyebut bahwa penyakit yang dialami Suci adalah buatan dukun.

Titik terang mulai muncul saat Syukur dan Lian, orang tua Suci, membawa anaknya berobat ke RSUD Sulawesi Tenggara. Meski menyatakan tak mengetahui jenis penyakitnya, namun tim dokter yang memeriksa memastikan bahwa penyakit yang dialami Suci bukanlah buatan dukun tetapi hal yang jamak di dunia kedokteran.

Sayangnya lagi, pihak RSUD Sulawesi Tenggara angkat tangan alias tak sanggup mengobati Suci. Selain tak memiliki dokter yang khusus menangani jenis penyakit Suci, fasilitas yang dimiliki rumah sakit terbesar di Sulawesi Tenggara juga tidak lengkap.

Penjelasan yang sedikit lebih jelas dipaparkan dr. Febriyanto Powatu yang sehari-hari bertugas di klinik milik PT Panca Logam Makmur. Menurut dr. Febriyanto, dari hasil diagnosa awal, pihaknya menduga penyakit yang dialami Suci masuk kategori hernia.

Atas rekomendasi dari pihak RSUD Sulawesi Tenggara, PT Panca Logam Makmur selaku donator kemudian membawa Suci dan kedua orang tuanya menjalani pengobatan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Dari hasil diagnosa dr. Ahmadwirawan Sp.B Sp BA, spesialis bedah anak yang sehari-hari bertugas di Rumah Sakit Akademis Jaury Yusuf Putra Makassar, akhirnya jelaslah penyakit yang diderita Suci.

Menurut dr Ahmadwirawan, penyakit aneh yang diderita Suci adalah omfalokel yang merupakan kelainan bawaan sejak lahir dan bukan penyakit keturunan apalagi buatan dukun.

Dari penjelasan dr Ahmadwirawan, Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar pusar yang hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit. Dia mengatakan, usus terlihat dari luar melalui selaput peritoneum yang tipis dan transparan (tembus pandang).

"Pembentukan dinding perut Suci tidak sempurna. Jadi ada sebagian isi rongga perut yang keluar tapi masih diliputi selaput. Ini namanya Omfalokel," kata dr Ahmadwirawan di ruang prakteknya di jalan Andi Mappaoddang Makassar.

Diduga, penyebab hingga Suci mengalami Omfalokel adalah kurangnya asupan gizi dan nutrisi saat masih sedang dalam kandungan ibunya.

Secara medis, yang menutupi rongga perut Suci tersebut berlapis-lapis, mulai dari dinding perut, fenitorium,otot, lemak, dan selaput perut. Namun, belum bisa dipastikan organ tubuh apa yang keluar menonjol tersebut. "Bisa saja lambung, hati, jantung atau mungkin usus,” ujarnya.

Kondisi Suci sendiri, berdasarkan hasil diagnosa dr. Ahmadwirawan, sejauh ini tidak mencemaskan. Menurutnya, selama tidak ada sumbatan dalam benjolan tersebut dan tidak ada kebocoran pada awal kelahiran, tak akan membahayakan Suci.

Meski demikian, dr Ahmad menyimpulkan kondisi Suci belum siap untuk menjalani operasi karena berat badanya belum ideal." Kita tunda hingga dua bulan ke depan," ujarnya.

Selama rentang waktu tersebut, pemenuhan gizi Suci harus diperhatikan untuk mencapai berat badan ideal. Bila nantinya sudah dinyatakan siap untuk naik meja operasi, Suci akan ditangani minimal empat orang dokter spesialis.Selain dokter spesialis bedah anak, tiga dokter spesialis lainnya yakni anaestesi, gizi dan dokter anak juga akan ikut dilibatkan.

Selarik Doa Buat Suci


Dengus nafas Suci terdengar teratur. Sesekali, gumaman lirih keluar dari bibirnya yang mungil. Beralaskan tikar plastik dan selembar kain sarung yang terlihat agak kusam, bocah berumur 13 bulan itu nampak lelap dalam tidurnya. Tak ada yang aneh dari sosok Suci. Namun jika melihat ke arah perutnya, kita akan terhenyak dan iba. Sebuah benjolan sebesar kepalan tangan orang dewasa terlihat menggantung.
Lian, ibu Suci, nampak setia menemani buah hatinya. Tangannya sesekali bergerak mengipas mengusir nyamuk nakal. ”Sedih sekali melihat kondisinya pak,” ujar Lian sambil menghapus butiran air mata di pipinya.

Lian bertutur, kondisi tersebut sudah dialami Suci sejak lahir 13 bulan lalu. Suci dilahirkan di Kecamatan Maligano, Kabupaten Muna atau tepatnya di rumah kakeknya, orang tua Lian. Saat dilahirkan, ada kelainan di tubuh Suci. Ususnya terburai keluar.

Suci lalu dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sulawesi Tenggara. Namun kondisi ekonomi orang tuanya yang tidak memungkinkan, bayi malang itu akhirnya dibawa pulang. Ironisnya, kedua orang tua Suci tak punya rumah di Kendari. Lian hanya seorang ibu rumah tangga, sedang suaminya, Syukur, berprofesi sebagai pekerja serabutan. Mereka akhirnya ditampung di rumah kontrakan kerabatnya.

Dua bulan kemudian, perut Suci mengalami infeksi dan muncul benjolan. Perawatan seadanya diberikan kepada Suci. Belakangan, benjolan itu makin membesar. Saat ini, benjolan itu sudah sebesar kepalan tangan orang dewasa. ”Kami hanya bisa berdoa pak. Kami tidak mampu membawa Suci berobat ke dokter,” ujar Lian makin terisak.

Derita Suci dan orang tuanya lalu menyebar dari mulut ke mulut hingga ke telinga para pewarta di Kendari yang kemudian ramai memberitakannya. Sehari, dua hari, hingga sepekan berselang belum ada respon atas pemberitaan tentang derita Suci.

Kabar gembira yang ditunggu akhirnya muncul hampir dua pekan kemudian. PT Panca Logam Makmur (PLM) menyatakan bersedia menanggung seluruh biaya pengobatan Suci hingga sembuh. Bersama Manager CSR, Maman Resman dan sejumlah stafnya, Direktur Informasi dan Komunikasi Publik, Lukman Aziz Kurniawan, mewakili pimpinan PT PLM bertandang ke rumah Suci di jalan Haeba Atas, Kecamatan Wuawua, Kota Kendari.

Selain menyerahkan sejumlah bantuan langsung, Lukman juga menyatakan bahwa perusahaan tempatnya bekerja bersedia menanggung biaya pengobatan Suci. ”Mau dirawat di Makassar atau di Jakarta terserah bapak dan ibu, yang jelas kami siap menanggung seluruh biayanya,” kata Lukman kepada Lian dan Syukur.

Wujud keseriusan niat dari PT PLM, Lukman meminta stafnya mendatangkan mobil ambulance dan memboyong Suci ke RSUD Sulawesi Tenggara. Hasil diagnosa tim dokter RSUD Sulawesi Tenggara, Suci menderita penyakit Hernia Umbikalis (bagian perut yang tidak tertutup sempurna). Namun sayang, RSUD Sulawesi Tenggara ternyata tak memiliki fasilitas untuk menangani penyakit seperti yang dialami Suci.

Atas saran tim dokter RSUD Sulawesi Tenggara, Suci akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Akademis Jaury Yusuf Putra di Kota Makassar. Di rumah sakit yang didirikan oleh almarhum Jenderal Muhammad Yoesoef itu, tim dokter yang diketuai dr. Ahmad Wirawan, Sp.B, Sp.BA, mendiagnosis Suci mengidap Omfalokel (usus keluar), sebuah penyakit bawaan dengan sebagian rongga perut tidak tertutup saat lahir. Satu-satunya jalan untuk mengobatinya hanya melalui operasi.

”Memang sangat tipis perbedaannya dengan hernia umbilikalis" jelas dr Ahmad.

Namun Suci tak serta merta bisa langsung diobati saat itu juga. Tim dokter tidak mau gegabah. Pasalnya, dari hasil pemeriksaan fisik, tubuh Suci tak berada dalam kecukupan nutrisi yang ideal. Di usia 13 bulan, berat badannya hanya mencapai 9 kilogram. Operasi baru bisa dilakukan jika berat tubuhnya telah dianggap ideal oleh tim dokter.

Suci pun akhirnya dibawa pulang kembali ke Kendari. PT PLM mentargetkan, waktu tiga bulan berat badan dan kandungan nutrisi di tubuh Suci akan berada dalam kondisi ideal. Tak hanya itu, PT PLM juga menyiapkan dokter untuk memantau kondisi Suci.

Ramainya pemberitaan soal Suci, membuat sejumlah anggota DPRD Sulawesi Tenggara ikut bersimpati. Beberapa diantaranya bahkan menyatakan menanggung seluruh biaya perbaikan gizi dan nutrisi Suci hingga siap naik ke meja operasi.

Atas segala bantuan ini, asa Suci untuk sembuh makin menguat. Tidurnya pun makin nyenyak. Melihat bocah mungil itu terlelap, hati terasa sesak. Selarik doa terlantun dari kami, “Cepat Sembuh Ya Nak. Kami Semua Sayang Kamu”.