02 Februari 2009

Mengail dengan LEAD

Lead, teras berita, intro atau alinea pembuka merupakan kunci utama dalam penulisan sebuah berita yang baik. Mencoba menangkap minat pembaca tanpa lead yang baik, sama dengan mengail ikan tanpa umpan.


Setiap jurnalis selalu sadar akan perlunya lead. Keranjang sampah editor selalu penuh dengan lead-lead yang tak bermutu, karena reporter selalu memakai lead yang itu-itu juga dalam usahanya menarik minta pembaca.

Beberapa reporter selalu terjebak dengan keharusan memasukkan unsur 5W+1H dalam lead yang ia tulis. Akibatnya, lead yang ditulisnya terlalu panjang dan terkesan bertele-tele.

Padahal, baik untuk berita straight news atau news feature, lead hanya mempunyai dua tujuan utama.
1. Menarik pembaca untuk mengikuti cerita hingga selesai
2. Membuat jalan supaya alur cerita lancar.

Banyak pilihan lead; sebagian dipakai untuk menyentak pembaca, sebagian untuk menggelitik rasa ingin tahu pembaca, dan yang lain untuk mengaduk imajinasi pembaca. Dan masih ada lagi, yaitu lead untuk memberitahu pembaca tentang isi berita secara ringkas.

Beberapa contoh lead yang baik :

1. Lead Ringkasan
Lead semacam ini paling sering dipakai dalam penulisan “berita keras” (hard news). Yang ditulis hanya inti cerita, kemudian terserah pembaca apakah masih cukup berminat untuk mengikuti kelanjutannya.
Lead ringkasan sering dipakai bila reporter mempunyai persoalan yang kuat dan menarik, yang akan laku dijual dengan sendirinya, misal (berita peristiwa tenggelamnya KM Acita 03, ledakan bom dan sebagainya).
Karena lead ini sangat mudah ditulis, banyak reporter yang memilihnya apalagi jika sedang dikejar deadline, atau bila ia bingung untuk mencari lead yang lebih baik.

Contoh :
Hardi, seorang petugas patroli terpaksa harus dirawat karena luka-luka ringan. Ia mengalami tiga kali insiden kecelakaan terpisah pada jumat malam. Polisi itu juga mengalami kecelakaan mobil ringan.
Hardi, 31 tahun, digigit anjing pukul 17.15 wita, kepalanya juga terluka kena hantaman botol wiski saat melerai keributan di sebuah bar pukul 21.50 wita, kakinya juga luka terkena pecahan kaca saat sedang mengejar penjahat pukul 23.27 wita. Hardi dirawat di Puskesmas dan kemudian dibolehkan pulang.
Dalam perjalanan pulang ke kantornya, mobil patroli yang dikendarai Hardi ditabrak dari belakang oleh seorang pengendara motor yang ngebut. Kali ini, Hardi beruntung, ia tak luka sedikit pun.

2. Lead Bercerita
Lead ini kebanyakan digemari penulis fiksi (novel atau cerita pendek), menarik pembaca dan membenamkannya. Tekniknya adalah menciptakan satu suasana dan membiarkan pembaca menjadi tokoh utama, entah dengan cara membuat kekosongan yang kemudian secara mental akan diisi oleh pembaca, atau dengan membiarkan pembaca mengidentifikasikan diri di tengah-tengah kejadian yang berlangsung.

Wartawan rubrik kriminalitas biasanya sering memakai lead ini dalam cerita feature untuk melaporkan peristiwa kejahatan. Keuntungan lead ini lebih mudah menarik minat pembaca. Kerugiannya, tak semua berita bisa cocok diberi lead ini. Reporter yang mencoba memaksakan lead ini akan menghasilkan lead yang tidak wajar atau malah lead itu bisa merusak isi jalinan cerita dalam berita.

Contoh :
Hardi, seorang petugas patroli, punya pengalaman paling sial Jumat malam lalu. Pukul 16.30 wita, ia lapor ke kantornya. 10 menit kemudian, saat sedang berpatroli denga pakaian seragam, lampu senternya jatuh. Saat membungkuk untuk memungutnya kembali, celananya robek di bagian pantat.
Pukul 17.15 wita, ia mencoba menolong seekor anjing yang terjepit di pintu pagar. Sejam kemudian, kaki Hardi digigit anjing yang baru saja ditolongnya.
Segera setelah pukul 19.00 wita, ia kesenggol mobil ngebut. Pengemudinya ternyata seorang detektif narkotik yang sedang mengejar pedagang heroin.
Pukul 21.50 wita, Hardi dipanggil oleh warga ke bar Teratai untuk melerai pertengkaran antara dua orang pengunjung. Setengah jam kemudian, ia dirawat karena luka-luka di kepalanya akibat pukulan botol wiski. Perawatan dilakukan di Puskesmas setempat.
Hardi balik ke Puskesmas itu lagi sekitar pukul 23.40 wita setelah mengejar tersangka perampokan. Kaki kanannya terkena pecahan kaca ketika ia jatuh.
Setelah meninggalkan Puskesmas, pukul 00.05 dinihari Hardi kembali ke kantornya untuk mengakhiri tugasnya. Dalam perjalanan, seorang pengendara motor yang ngebut menabrak mobil patroli Hardi di lampu lalu lintas. Kali ini, Hardi tidak terluka.
Akhirnya pukul 00.30 wita Hardi pulang ke rumahnya. Ketika ia sampai di tempat parkir kantornya, ia menerima satu laporan polisi lagi.
Dicuri: sebuah sepeda motor Honda, plat nomor polisi DT 1995 GK.
Pemiliknya: Hardi, 31 tahun, warga jalan Malik Raya, lorong Kenari 27.

3. Lead Deskriptif
Lead semacam ini biasanya paling sering dipakai oleh jurnalis kawakan saat membuat feature. Lead ini bisa memberikan gambaran dalam pikiran pembaca tentang suatu tokoh atau tempat kejadian. Lead ini cocok untuk berbagai tulisan feature.
Lead bercerita meletakkan pembaca di tengah adegan atau kejadian dalam cerita, sedangkan lead deskriptif menempatkam pembaca beberapa meter di luarnya, dalam posisi menonton, mendengar dan mencium baunya.

Pemakaian ajektif (kata sifat) yang tepat adalah kunci untuk lead deskriptif. Seorang reporter yang baik bisa membuat tokohnya “hidup”, seolah-olah muncul di tengah-tengah barang cetakan yang dipegang pembaca.

Contoh :
Wajah La Boti sama sekali tak mengesankan kesedihan apalagi penyesalan mendalam. Senyum ramah dan wajah riang selalu ia perlihatkan. Bahkan dengan santai ia menyedot rokok kreteknya dalam-dalam. Padahal, akibat perbuatannya, 31 orang penumpang kapal yang dinakhodainya tewas tenggelam.


Untuk kebanyakan pembaca, lead semacam ini mendebarkan. Pembaca seolah-olah terpaksa menerima kehadiran seseorang yang berperangai periang dan murah senyum, padahal ia penyebab tewasnya 31 orang penumpang KM Acita 03.

Tokoh untuk lead semacam ini juga tidak harus manusia. Objek tidak berjiwa pun bisa mempunya “personalitas” yang bisa ditangkap secara efektif oleh pembaca dari sebuah lead deskriptif yang baik.

Contoh:
Laksana tarian peri langit, asap membubung di atas pasar Mandonga Kendari yang membara terpanggang api.


4. Lead Kutipan
Kutipan yang dalam dan ringkas bisa membuat lead menarik, terutama bila yang dikutip orang terkenal. Kutipan harus bisa memberikan tinjauan ke dalam watak si pembaca.
Ingat, lead semacam ini harus menyiapkan pentas atau ruang bagi bagian berikutnya dari cerita kita, sehingga kutipannya punharus memusatkan diri pada sifat cerita itu.

Contoh :
“Suka atau tidak, Kontu harus dikosongkan”

Kutipan keras itu diucapkan oleh Bupati Muna, Ridwan BAE saat sedang gencar-gencarnya upaya pengosongan kawasan Hutan Kontu di Kabupaten Muna.

Dengan lead semacam ini, umumnya pembaca akan langsung tertarik, ingin tahu bagaimana nasib para petani yang dipaksa meninggalkan lahan pertaniannya di Kontu. Kerugian lead semacam ini adalah bahwa kutipan yang dipilih bisa keluar dari isi cerita, bila tekanan pokok diletakan kepada kutipan itu saja.

5. Lead Pertanyaan
Lead ini efektif bila berhasil menantang pengetahuan atau rasa ingin tahu pembaca. Sering, lead ini dipakai oleh wartawan yang tidak berhasil menemukan lead yang imajinatif. Lead ini gampang ditulis, tapi jarang membuahkan hasil terbaik.
Dalam banyak hal, lead ini cuma taktik. Wartawan yang menggunakan lead ini tahu bahwa ada pembaca yang sudah tahu jawabannya, ada yang belum. Yang ingin ditimbulkan oleh lead ini, rasa ingin tahu pembaca; yang belum tahu mestinya terus ingin membacanya sedangkan yang sudah tahu dibuat ragu-ragu apakah pengetahuannya sama atau cocok dengan informasi si bung wartawan.

Banyak editor yang enggan memakai lead ini karena pembaca sering kesal dibuatnya. Lead bercerita atau deskriptif biasanya lebih disukai.

6. Lead Menuding Langsung
Bila reporter ingin berkomunikasi langsung dengan pembaca, ia bisa menggunakan lead menuding langsung. Ciri-ciri lead ini adalah ditemukannya kata “Anda” yang disipkan pada paragraf pertama atau di tempat lain.
Seorang reporter yang ditugaskan di kantor Imigrasi dan menemukan kesalahan penerapan cekal terhadap seseorang yang tak bersalah, bisa menggunakan lead ini.

Contoh :
Bila anda punya nama pasaran, harap hati-hati. Salah-salah Anda kena cekal tak boleh keluar negeri.

7. Lead Penggoda
Lead semacam ini adalah cara untuk “mengelabui” pembaca dengan cara bergurau. Tujuan utamanya menarik perhatian pembaca dan menuntunnya supaya membaca seluruh cerita.

Contoh :
Angka yang ditunggu-tunggu itu akhirnya keluar juga: Sekitar 197

Dari kalimat ini pembaca belum tahu pasti inti cerita tentang angka 197 itu. Justru, karena itu keingintahuannya dibangkitkan dan untuk itu mau tak mau ia harus membaca kelanjutan kalimat tersebut sampai tahu apa yang dimaksudkan dengan angka 197 (Jumlah penumpang KM Acita 03 sebelum tenggelam).

8. Lead Nyentrik
Naik-naik ke puncak gunung
Harga makin melambung

Reporter yang imajinatif – meski tidak puitis – bisa mencoba menggunakan lead semacam ini pada saat menulis soal kenaikan harga. Lead ini memikat dan informative. Gayanya yang khas dan tak kenal kompromi itu bisa menarik perhatian pembaca, hingga ceritanya laku dibaca orang.
Tapi ada bahayanya. Beberapa Koran enggan memakai lead ini. Wartawan hidup dalam dunia kata-kata. Lead nyentrik membuka peluang wartawan untuk mengobral permainan kata hingga bisa membuat pembaca mual dan mules. Hanya kebijaksanaan editor yang tegas yang bisa mencegah banjirnya permainan kata itu.

9. Lead Gabungan
Di surat kabar sering ditemukan lead yang merupakan gabungan dari dua atau tiga lead, dengan mengambil unsur terbaik dari masing-masing lead. Yang paling sering terjadi, Lead Kutipan digabung dengan Lead Deskriptif.

Contoh:
“Bukan salahku bahwa aku belum mati sekarang,” kata Fidel Castro dengan senyum lucu (TEMPO, 7 Mei 1994, Castro, Revelosioner yang Belum Pensiun).


Selamat menulis..!!!***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar